Jumat, 18 Mei 2012

Perencanaan Pembuatan Tes Bahasa


PENDAHULUAN
1.1  . LATAR BELAKANG
            Melihat fenomena yang kebanyakan terjadi, bahwasannya murid atau pelajar yang mempelajari bahasa asing dalam hal ini bahasa arab sangat sulit untuk bisa memahami dengan betul makna dan tujuan bahasa tersebut, sehingga mereka semua tidak bisa menerapkan hasil pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Memang tidak bisa dipungkiri belajar bahasa arab merupakan suatu kesulitan tersendiri, tidak lain karena kita dihadapkan dengan adanya bahasa ibu yang sudah dipergunakan sejak lahir, setiap hari dan setiap saat. Untuk bisa memahami bahasa arab perlu tahapan-tahapan yang prosesnya sangat lama dan dalam tahapan tersebut membutuhkan proses pendidikan yang continue sekaligus terarah. Tahapan tersebut antara lain adalah tahap pengenalan, pendengaran, pengucapan, dan pembiasaan. Masalah yang lain adalah bahasa arab itu berbeda dengan bahasa ibu yakni dalam hal segi-segi suara, kosakata, tata kalimat dan tulisan, sehingga si pembelajar harus bejuang untuk memahami perbedaan tersebut dengan detail.

Dengan adanya tahapan-tahapan dan perbedaan di atas, seorang guru bahasa arab harus berperan penuh demi pencapaian kompetensi ketrampilan berbahasa. Ini menjadi tantangan besar bagi para pahlawan tanpa jasa tersebut. Melihat permasalahan yang sering terjadi pada guru bahasa arab yakni mereka tidak menghiraukan apa yang dinamakan “perencanaan pembelajaran”, mereka asal-asalan dalam mengajar dengan berdalih yang penting materinya selesai. Proses pembelajaran yang terakhir disebut dengan evaluasi belajar. Di sini guru harus bisa membuat alat untuk mengevaluasi hasil belajar yang sudah direncanakan. Salah satu alat evaluasi tersebut adalah tes. Seorang guru bahasa harus benar-benar mengetahui perencanaan pembuatan tes bahasa untuk muridnya demi tercapainya indikator keberhasilan yang sudah ditentukan. Oleh karena itulah, demi pemahaman yang sempurna, suatu tes bahasa harus direncanakan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Karena dengan adanya perencanaan pembuatan tes bahasa, guru mampu mengevaluasi atau melaksanakan tes bahasa dengan cara atau prosedur yang baik dan benar. Dan dengan tes yang baik dan benar tersebut, dimungkinkan indikator-indikator pencapaian belajar bisa berhasil.

1.2. RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang di atas, dapat disimpulkan bawha rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat perencanaan pembuatan tes bahasa arab yang baik dan benar ?
2. Bagaimana prosedur penyusunan dan teknik pelaksanaan tes bahasa arab yang efektif   dan benar ?

1.3.TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Menjelaskan teknik pelaksanaan serta prosedur penyusunan tes bahasa arab.
2. Mendeskripsikan cara penilaian tes bahasa arab yang efektif dan benar.

1.4.METODOLOGI PENULISAN
Penulisan makalah ini ditulis dengan cara mencari sumber-sumber informasi berupa buku rujukan.

1.5. BATASAN MASALAH
        Dalam penulisan makalah ini masalah yang dibahas meliputi:
1. Teknik pelaksanan dan prosedur penyusunan tes bahasa.
2. Aspek-aspek pembuatan soal tes bahasa.

1.6. MANFAAT PENULISAN
        Manfaat dari penulisan ini adalah memberikan suatu pemahaman tentang perencanaan pembuatan tes bahasa yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa arab. Yang mana dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan seorang pendidik bahasa arab tidak bingung dalam proses pembuatan tes sebagai alat evalusi belajar yang benar.

PEMBAHASAN

Untuk memperoleh tes yang memenuhu syarat-syarat, perlu diperhatikan hal-hal :
a)      Mengetahui fungsi dan tujuan penulisan tesi. Apakah digunakan untuk tes formatif, EBTA, atau bentuk lainnya.
b)      Merencanakan tes dengan baik melalui kisi-kisi
c)      Menyusun tes sesuai dengan prosedur yang berlaku
d)     Menyusun dan menulis soal secara tepat, baik ditinjau dari segi susunan bahasa maupun dari segi isi soal
e)      Menentukan tingkat kesukaran dan daya pembaca butir soal serta dapat menganalisis homogenitas pilihan (option)
2.1. Teknik Pelaksanaan Bahasa Berdasarkan Kepentingannya
1)      Teknik Tes Bersoal disebut tes responsive (terbatas), meliputi tes :
a)      Tata bahasa/ struktur
b)      Kosakata (vokabular)
c)      Teknik teori keterampilan berbahasa
d)     Berbicara terbatas
e)      Membaca pemahaman
f)       Mengaang objektif
g)      Terjemahan terbatas
2)      Tes Tanpa Soal disebut tes ekspresif (bebas)
a)      Berbicara ekspresif
b)      Membaca nyaring
c)      Mengarang kreatif
d)     Terjemahan bebas
2.2.          Prosedur Penyusunan Tes Bahasa
a)      Perencanaan, meliputi :
a.       Merencanakan tes bahasa
Syarat :
1.      Mengetes hasil belajar yang sesuai dengan Tujuan Instruksional Khusus.
2.      Menarik sampel  yang mewakili tingkahlaku yang diharapkan Dalam bentuk tes sesuai dengantujuan diadakannya tes tersebut.
b)      Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan harus dibuat tata tertib pelaksanaan. Dalam hal ini tata tertib peserta dan pengawas yang disebut tata tertib ujian.

c)      Penilaian meliputi :
a.       Pemeriksaan.
b.      Pengolahan hasil tes, dari nilai mentah / skor hingga menjadi nilai terjabar serta penafsiran hasil tes.
d)     Umpan Balik (feed back) misalnya :
a.       Menentukan ketepercayaan soal
b.      Menentukan siswa yang lemah
c.       Melakukan remedial teaching (pengajaran ulang)
Langkah-Langkah Perencanaan Tes bahasa
Langkah I
a.       Menyediakan GBPP
b.      Menyediakan program satuan pengajaran
c.       Menyediakan aesip tes formatif (mid semester), bila tes yang dilakukan berupa tes sumatif
d.      Menyediakan buku pegangan guru dan siswa
Langkah II
Melakukan Inventarisasi berupa:
a.       Tujuan Instruksional, dalam hal ini TIK
b.      Pokok bahasan
c.       Materi pelajaran yang telah diajarkan dan telah diujikan

Agar lebih jelas, penyusunan langkah ini dibuat dalam bentuk table seperti terlihat di bawah ini.
INVENTARISASI POKOK BAHASAN
No.
Pokok Bahasn
Jumlah
Pokok Materi yang
Ditanyakan
No. Butir Soal pada SP






Langkah III
Menentukan aspek kemampuan berpikir yang akan diujikan :
Pengetahuan/ingatan         (C1)                       Analisis              (C4)
Pemahaman/pengertian           (C2)                 Sintesis               (C5)
Aplikasi                                        (C3)                        Evaluasi             (C6)

ASPEK KEMAMPUAN BERPIKIR
No.
Pokok Bahasan
Aspek Kemampuan/Jenjang
Jumlah
I
Pm
Ap
An
Sin
Ev











Langkah IV
Menyusun sampel yang mewakili tingkah laku yang akan diujikan.
Dalam menyusun sampel yang mewakili TIK ini perlu diperhatikan :
a.       Pokok bahasan yang akan diujikan
b.      Berapa pertanyaan yang dibuat
c.       Bentuk/tipe soal yang disajikan
d.      Tingkat kesukaran soal



TABEL RINCIAN TES


Bentuk
Pd ganda
PGSA
BUNO
Jumlah
No.
Pokok Bahasan
Aspek
I
Pm
Ap
A
I
Pm
Ap
A
An
Sn
Ev
A
















                                                                                                                                                                                                  Total


TABEL JUMLAH PERTANYAAN
Bentuk Soal
Aspek I
Pm.
Ap.
An.
Sin.
Ev.
Jumlah
PG Biasa
PG An. Kasus
PG.Sebab Akibat
Isian
BUO
BUNO







Jumlah







Persen











No
Tipe Soal
Soal
Wkt/Soal
Wkt
Bobot/Soal
Skor
1.
2.
3.
4.
5.
6.


PGB
PGAK
PGSA
Isian
BUO
BUNO






Jumlah






2.3.Penentuan Tingkat/Taraf kesukaran Soal
Secara empirik ada dua tinjauan karakteristik soal yaitu Taraf Kesukaran Soal (TK) dan daya pembeda Soal (DP).
Tingkat kesukaran soal yaitu peluang menjawab benar terhadap suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu. Indeks tingkat kesukaran soal, berarti semakin mudah butir soal tersebut.
Bila kita ingin menyusun soal hendaknya diperhatikan tingkat kesukaran soal. Hal ini diperlukan agar soal yang kita buat bersifat adil. Artinya, soal tidak terlalu mudah, dan tidak pula terlalu sukar. Untuk itu kita perlu menentukan taraf kesukaran soal ini dengan rumus sebagai berikut :
            TK=   SA +S
                         NA+NB
TK = Tingkat Kesukaran
SA= Jumlah siswa yang Salah dari kelopok Atas Pandai
SB= Jumlah siswa yang Salah dari Kelompok Bawah Kurang
NA=  Jumlah siswa Kelompok Atas/ Pandai
NB= Jumlah siswa Kelompok Bawah/ Kurang
Kriteria untuk menentukan Tingkat Kesukaran (TK) dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Penilaian (Depdikbud, 1990: 48)
0,00 < 0,24 = Sukar
0,25 – 0,75 = Sedang
1,00 – 0,76 =Mudah
Cara menentukan Kelompok Atas/ Pandai dan Kelompok Bawah/ Kurang :
1)      Siswa diurutkan menurut peringkat (rank)
2)      Tentukan 27% dari atas untuk kelompo atas
3)      Tentukan 27% dari bawah untuk kelompok bawah
4)      Sisihkan sisanya (46%)
5)      Tentukan junlah jawaban yang salah untu kelompok atas dan untuk kelompok bawah.

Contoh Perhitungan Tinngkat Kesukaran
Dalam suatu tes mata pelajaran Bahasa dan Sastra Arab terdapat 36 siswa. Jumlah butir soal 10.
Langkah pertam, kita susun dalam bentuk table atas peringkat

  
Siswa  No.Item
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1/ Ifah
2/ Ayu
3/ Adi
4/ Buya
5/ Iip
36/ Eon
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0

Keterangan
a.       Nama siswa diurutkan atas peringkat dalam ujian tersebut
b.      Berilah tanda     1 = untuk jawaban benar , 0  = untuk jawaban salah
Langkah kedua, hitung 27% untuk kelompok atas dalam tabel. Dari contoh data di atas dapat ditentukan kelompok atas : 27% x 36 orang = 9,72
Dibulatkan 10 orang.
KELOMPOK ATAS
Siswa  No. Item
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.      Ifa
2.     
3.     
4.     
5.      ..
6.     
7.      ..
8.     
9.     
10. 
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
Jumlah salah
4
2
3
1
3
2
3
4
4
3

Langkah ketiga, hitung 27% untuk kelompok bawah dalam table. Dari data di atas dapat ditentukan kelompok bawah 27% x 36 orang = 9,72 dibulatkan 10 orang.
KELOMPOK BAWAH
Siswa No. Item
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.      Ifa
2.     
3.      ..
4.     
5.     
6.     
7.     
8.     
9.      ..
10. 
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
Jumlah salah
6
6
6
6
6
3
5
4
5
5

Langkah keempat tentukan jumlah jawaban yang salah baik pada keloompok atas maupun kelompok bawah, maka diperoleh perbandingan kesalahan tiap kelompok.
2.4 penentuan Daya Pembeda Butir Soal (DP)
 Daya Pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (menguasai bahan) dengan siswa yang kurang (belum menguasai bahan).
Rumus yang digunakan untuk menentukan DP adalah :
DP = SA – SB
          ½ x N
DP = Daya Pembeda Soal
SA = Jumlah yang Betul dari Kelompok Atas
SB = Jumlah yang Betul dari Kelompok Bawah
N = Jumlah siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah
Kriteria untuk Daya Pembeda :
1.0    –  0,40 = Baik (digunakan)
0.20 – 0,39 = cukup (direvisi/diperbaiki)
0.00 – 0,10 = lemah (diganti)
Contoh perhitungan daya pembeda (data sama dengan penghitungan tingkat kesukaran) diatas :
PERBANDINGAN
KELOMPOK ATAS DAN KELOMPOK BAWAH
No. Item
SA
SB
SA – SB
DP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
6
6
6
6
6
3
5
4
5
5
4
2
3
1
3
2
3
4
4
5
2
4
3
5
3
1
2
0
1
2
0,20
0,40
0,30
0,50
0,30
0,10
0,20
0,00
0,10
0,20


Contoh perhitungan Daya Pembeda Soal (DP)
Soal nomer soal 1
DP = SA – SB        =          2       =  0,20
          ½ x N              10
Artinya soal nomer 1 tersebut berada pada taraf cukup, berarti soal itu perlu diperbaiki atau direvisi.

2.5  Pembuatan Kisi-Kisi Tes (Blue Print)
Kisi-kisi adalah suatu format atas matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Format kisi-kisi bergantung pada tujuan dilaksanakannya suatu tes. Kisi-kisi dimaksudkan untuk mengetahui arah dan tujuan setiap soal sebelum dialkukan penulisan soal.
Kisi-kisi digunakan sebagai panduan atau pedoman dalam penulisan soal. Dengan kisi-kisi, penulisan soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes. Selain itu, penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cdari cakupan materi pertanyaannya.
Syarat-syarat kisi-kisi Tes :
a.       Dapat mewakili isi kurikulum (GBPP) secara tepat
b.      Setiap komponen jelas dan mudah dipahami
c.       Komponen-komponen terinci
d.      Dapat dibuatkan soalnya secara tepat.
Komponen kisi-kisi Tes
Komponen kisi-kisi tergantung jenis dan tujuan tes itu disusun. Secara umum komponen  kisi-kisi yaitu :
ü  Jenis/jenjang sekolah
ü  Program / jurusan
ü  Bidang studi / mata pelajaran
ü  Tahun ajaran
ü  Kurikulum dan GBPP yang diacu
ü  Alokasi waktu
ü  Jumlah soal
ü  Bentuk soal’
ü  Tujuan instruksional umum
ü  Pokok bahasan/subpokok bahasan
ü  Uraian materi
ü  Bahan kelas
ü  Jumlah soal tiap pokok bahasan /subpokok bahasan
ü  Indikator
ü  Nomor urut soal

Dari komponen-komponen diatas, komponen pokok bahsan/ subpokok bahasan (PB/SPB) sangat penting menyangkut pemilihan PB/SPB yang diteskan. Karena tidak mungkin kita akan mengeteskan seluruh PB/SPB yang telah diajarkan.
Kriteria pokok bahasan/subpokok bahasan yang diteskan :
a.       Merupakan PB/SPB penting yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih PB/SPB yang sudah dipelajari sebelumnya.
b.      Merupakan PB/SPB penting yang harus dikuasai siswa
c.        Merupakan PB yang sering diperlukan untuk mempelajati atau memahami bidang studi lain
d.      Merupakan topik yang berkesinambungan, terdapat pada semua jenjang/ kelas
e.       Merupakan PB/SPB yang memiliki nilai terapan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Komponen lain yang harus diperhatikan adalah uraian materi dan indikator. Dari indikator inilah penulis soal dapat mengetahui tingkat pencapaian TIU yang terdapat dalam GBPP.

  
Langkah penyusunan kisi-kisi soal

KISI-KISI PENULISAN SOAL TES SUMATIF

Jenis sekolah                           :
Mata Pelajaran                        :
Kelas/program                         :
Kurikulum (GBPP) acuan        :
Alokasi waktu                         :
Jumlah soal                              :
No. urut
TIU
PB/SPB
Inti Materi
Bahan Sat Pel
Indikator
Jml Soal
Btk Soal



































 FORMAT PENULISAN SOAL TES SUMATIF
Mata pelajaran :
Sekolah                       :
Waktu             :
No
Nomor PB/SPB
Bahan SatPel
Jenjang Kognitif
TIK
Nomor Soal
Butir Soal
TK
Btk Soal
Kunci














Keterangan
Jenjang Kognitif                     Tingkat Kesukaran (TK)                     Bentuk Soal
C 1      = Ingatan                     Md      = Mudah                                 A    = PGB
C 2      = pemahaman  Sd        = Sedang                                 B    = PGSA
C 3      = Penerapan                Sk        = Sukar                                    C    = PAG
C 4      = Analisis                                                                                D    = PGAK
C 5      = Sintesis                                                                                 E    = Uraian
C 6      = Evaluasi      



PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas kami dapat menyimpulkan bahwa sebelum melaksanakan tes atau evaliasi terhadap hasil kerja siswa, seorang guru harus melakukan perencanaan pembuatan tes terlebih dahulu untuk mengetahui teknik pelaksanaan, prosedur penyusunan tes bahasa dan cara membuat serta menganalisis soal yang akan diberikan pada siswa. Hal ini amat sangat membantu guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran sehingga mampu mencapai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran itu sendiri.

3.2. SARAN
Sebagai guru yang dituntut untuk bisa professional dalam bidangnya diharapkan bisa memahami tentang proses pembuatan tes unsur bahasa dengan baik dan benar, yang mana dengan itu suatu alat evaluasi (tes) layak diterima oleh murid yang mana seterusnya hal ini akan menjadikan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dan kita semua sebagai calon guru bahasa arab, penjelasan diatas patutlah kita jadikan sebagai referensi untuk memahami proses pembuatan tes unsur bahasa, karena dengan pemahaman itulah kita semua akan menjadi calon guru yang siap pakai di masyarakat.

  
RUJUKAN  
hidayat, Kosadi. Evaluasi Pendidikan dan Penerapan Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia                          : Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar