Senin, 19 September 2011

Pengembangan Pembelajaran Kasih Sayang


2.1. PENINGKATAN PEMBELAJARAN
Dalam proses pendidikan sulit sekali memisahkan guru. Guru mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting sekali. Karena guru sebagai salah satu sumber belajar,  motivator, sebagai penentu kualitas peserta didik. Oleh karena itu  pembekalan guru perlu ditingkatkan.
Ada sembilan komponen dalam kegiatan pembelajaran yang saling berhubungan dan menentukan kualitas pendidikan, yakni berkenaan dengan tujuan pendidikan, isi program, model pendekatan, peserta didik, guru,  proses, media pendidikan, alat pendidikan dan motode pendidikan.
Tujuan pendidikan nasional Indonesia tercantum dalam UU No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 4 menyatakan :
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan menggambangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
            Tujuan pendidikan nasional ini mengkerucut kearah guru sebagai pelaku utama menjalankan dan membuat isi program, model pendekatan,  proses, media, alat, dan metode pendidikan. Peran yang perlu dibangun guru adalah mitra kesejajaran dengan siswa, pimpinan tim, pembimbing dan fasilitator. Peran ini yang menjadiakn guru bersahabat dengan siswa, sehingga anggapan sekolah sebagai “penjara” dan belajar menyeramkan akan hilang dalam benak setiap siswa atau peserta didik.
Apabila anggapan ini hilang maka kegiatan pembelajaran disekolah ataupun dimana saja menjadi menyenangkan dan tujuan pendidikan nasional tercapai. Hal inilah yang dimaksud dengan memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadain mantap dan bertanggung jawab.

 
Untuk mencapai cita-cita nasional seorang guru harus kreatif dalam mengolah isi program, pendekatan, media, alat pendidikan, metode dan model pendekatan. Menurut Rogers bahwa seorang guru dalam mengembangkan kreatifitasnya perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a)      Guru perlu memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih sendiri belajar secara terstruktur.
b)      Guru dan siswa membuat kontrak kerja.
c)      Guru perlu mengembangkan metode inkuiri.
d)     Guru perlu mengembangkan metode simulasi.
e)      Guru perlu mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan sesama.
f)       Guru sebagai fasilitator.
g)      Guru mempunyai program kerja yang terprogram, agar suasana pembelajaran sesuai.
Perlu diperhatikan fakta yang tampak disekolah bahwa guru hanya memandang pembelajaran dari sudut guru mengajar saja. Pandangan ini mengandung makna satu arah dalam  pembelajar yaitu hanya dari guru. Guru tidak melibatkan perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran dan tidak ada umpan balik dan penguatan. Guru dan siswa atau peserta didik saling berhungan. Guru tidak mungkin dapat mengajar bila tidak ada peserta didik, begitu pula peserta didik tidak dapat belajar bila tidak ada guru yang mengajar.

Peran instansional ini dapat berupa pemberian bimbingan, pelatihan,  pemenuhan fasilitas pengajaran yang dibutuhkan guru, dan penilaian serta evaluasi terhadap kinerja guru. Kurangnya fasilitas yang tersedia yang dapat mematikan kreatifitas guru dalam mengolah metode pembelajaran dan tekanan kewajiban dari instansional, sehingga berdampak guru mencari aman dengan menunaikan kewajiban-kewajiban dan mengabaikan tanggung jawab kepada siswa atau peserta didik yang bersangkutan.
Tanggung jawab guru sebagai pendidik tidak ditunaikan. Padahal pendidik bertanggung jawab kepada Tuhan (Allah), dirinya sendiri, siswa atau peserta didik, dan masyarakat. Pada dasarnya pendidik sadar tanggung jawabnya dinilai oleh Tuhan(Allah), siswa, dan masyarakat atas perbutannya.
Guru berperan penting dalam mewujudkan tujuan nasional, maka guru dituntut untuk kreatif. Perwujudan kreatif ini mengarah perhatian ke dua sudut pandang, yaitu sudut pandang guru sendiri dan siswa. Guru mencakup hal-hal tugas, kewajiban, dan fungsinya. Siswa sebagai pelajar adalah pelaku utama dalam pelibatan perhatian, pemikiran ada analisis guru terhadap dampak prinsip-prinsip belajar yang diterapkan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Sehingga guru tidak hanya menitik beratkan pada makna mengajar, tapi juga pada makna belajar yang sesungguhnya oleh siswa. Dalam aplikasi makna belajar guru dituntut pula melaksanakan dan memperhatikan pusat perhatiannya pada prinsip-prinsip belajar siswa, yakni berkaitan dengan pembelajaran dan pemberian suplemen motivasi, membengkitkan keaktifan dan keterlibatan siswa secara langsung, pemberian evaluasi pembelajaran berupa ujian, pemberian tugas dan tantangan, pemberian umpan balik dan penguatan serta guru harus memperhatikan perbedaan tiap individu.
Memperhatikan perbedaan karakteristik, kemampuan daya tangkap dan mencerna pelajaran siswa akan menciptakan daya kreatifitas guru dalam menyusun isi program, strategi, metode, dan pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini guru memahami konteks metode pengajaran yang akan digunakan agar tepat sasaran ke setiap siswa dalam pemberian materi.

2.2. MEMBANGUN PENDEKATAN
Membangun pendekatan adalah upaya membangun kepercayaan dan keyakinan pendidik, orang tua kepada siswa atau peserta didik. Siswa dapat berprestasi harus dilakukan dengan sebuah pendekatan antara guru dengan siswa baik disadari ataupun tidak disadari. Membangun pendekatan yang baik antara guru atau pendidik dengan siswa akan dapat momitivasi siswa dengan sendirinya baik dikelas ataupun diluar kelas. Berikut ini ada beberapa contoh :
·         Nilai murid yang awalnya baik, tiba-tiba nilainya turun akibat masalah dengan gurunya.
·         Siswa benci dengan salah satu pelajaran dan selalu berdalih bahwa gurunyalah yang membuatnya benci pelajaran tersebut.
·         Siswa yang senang dan simpatik terhadap salah satu guru, sering mendapatkan nilai yang memuaskan daripada siswa yang yang benci dan tidak simpatik terhadap guru tersebut.
·         Perhatian yang dibangun oleh guru kepada salah satu siswa dikelas ataupun diluar kelas dapat meningkatkan prestasi dan motivasi daripada guru yang tidak perhatian kepada siswanya.
Banyak guru di beberapa sekolah yang menggunakan pendekatan teacher centered dan ekspositori. Ini adalah pendekatan satu arah dan tidak ada umpan balik yang berakibat pembelajaran yang monoton. Hanya guru yang aktif dan menjadi pusat pembelajaran di kelas. Dan sedikit sekali guru yang menggunakan pendekatan child centered dan discovery. Ini disebabkan karena lemahnya kreatifitas guru dalam mengemas materi pembelajaran, dan tertutup dari pendapat-pendapat orang lain.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang teknik pendekatan, diantaranya Andri Hakim dalam bukunya Hypnosis in Teaching (hal:70) dalam membangun pendekatan dengan siswa, teknik-teknik berikut ini dapat dilakukan didalam kelas atau diluar kelas pada saat mengajar :

A.    MIRRORING (PERSAMAAN)
Konsep mirroring ini sebenarnya adalah kesamaan, sebagai contoh bila guru mempunyai hobi bermain bola dan siswa mengetahuinya, tanpa disadari siswa tersebut akan merasa lebih nyaman dengan guru tersebut.
Namun, bagaimana bila tidak ada kesamaan sama sekali dengan siswanya? Ada beberapa metode mirroring yaitu dengan menerapkan pola pergerakan, pola napas, dan pola bahasa.
Pada waktu guru masuk kelas, pergerakan siswa dengan guru tidaklah sama, guru berjalan sedang siswa duduk. Hal ini memang dipandang sebelah mata, padahal ini menyebabkan tidak terciptanya harmonisasi antara guru dengan siswa. Suasana kelas yang gaduh dan tidak kondusif sulit ditenangkan, ini adalah penyebab pola gerak yang tidak sama. Pada saat itulah guru harus mampu menyamakan pola gerak guru dengan siswa.
Selain teknik pola gerak, pola napas ini sangat penting. Pola napas guru waktu masuk kelas berbeda dengan pola napas siswa. Pengaturan napas ini dapat menetralkan emosi-emosi negatif didalam diri guru dan siswa.
Banyak kejahatan yang menggunakan hipnotis menggunakan teknik ini. Para pelaku kriminal ini menggunakan teknik pola napas. Mereka menyamakan tarikan dan hembusan napasnya dengan calon korban. Jika dirasa telah sama pola napasnya, maka pelaku mampu menghipnotis korban dengan mudah.
Hal ini seharusnya digunakan untuk hal positif, pola ini diperuntukkan untuk guru yang akan mempengaruhi siswa dan membangun kedekatan agar siswa merasa nyaman, damai dan tentram diajar oleh gurunya.
Guru telah menyamakan pola gerak dan napas tapi tidak menyamakan pola bahasa siswa, maka tidak akan terbangun rasa ketertarikan dan rasa nyaman siswa terhadap guru yang bersangkutan. Semua pola ini tidak dapat dipisahkan. Pola bahasa memang sulit bagi guru untuk menyamakannya, karena kultur dan struktur bahasa guru dengan siswa berbeda sehingga pola bahasanya pun berbeda. Untuk itu untuk menyamakan pola bahasa dapat disatukan dengan doa. Diawali dan diakhiri dengan doa dapat menyatukan hati, pikiran dan jiwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT. Bila ini dibiasakan maka akan lebih mengakrabkan hubungan silahturrahmi antara guru dengan siswa.

B.     EYE CONTACT (KONTAK MATA)
Sebagai guru kontak mata sangat diperlukan. Karena seseorang akan merasa senang bila seakan-akan diajak bicara.Guru yang melakukan kontak mata sama saja dengan mengatakan bahwa guru tersebut tertarik kepada lawan bicara yakni siswa dan siswa pun merasa diperhatikan. Guru yang mengajar dikelas sama saja dengan presentasi, sedang presentasi adalah hubungan insani, yaitu otak ke otak, hati ke hati. Kontak mata ini dibutuhkan guru apabila ada siswa yang dominan menggunakan visual dibanding auditori. Siswa akan merasa nyaman bila guru memperhatikan dengan menatap matanya. Menatap mata ini diperlukan untuk menanamkan informasi ke hati siswa. Tapi perlu diingat bahwa setiap orang berbeda modalitas dalam menatap, sehingga guru jangan terlalu memaksakan kondisi ini ke siswa.
Perlu diingat bila ada siswa yang tidak melakukan kontak mata, jangan membuat kesimpulan pendek bahwa siswa tidak memperhatikan pelajaran. Mungkin saja mereka tipe auditori yang lebih konsentrasi dengan pendengarannya daripada matanya. Hati-hati dalam menegur siswa yang seperti ini, bisa menyinggung perasaan mereka, dan akan berdampak siswa menjadi benci ataupun kesal.

C.     VERBAL AGREEMENT
Dalam membina hubungan dengan siswa yang harmonis, guru perlu diberikan kebebasan perfikir dan berpendapat  dan guru jangan sekali-kali memojokkan atau menyudutkan siswa dengan mematahkan pendapat dan cara berfikir siswa.
Verbal agreement (persetujuan secara verbal) sangat dibutuhkan guru agar pembelajaran tetap menyenangkan dan dapat menghidupkan serta mengembangkan kreatifitas berfikir dan berpendapat siswa tentang suatu pandangan.
Ada beberapa teknik yang dapat diterapkan guru bila ada kekeliruan pendapat dari siswa. Guru dapat melakukan pacing-leading (fakta-saran). Teknik ini seorang guru berusaha menyampaikan fakta-fakta kepada siswa tanpa paksaan. Apabila terjadi kesamaan pandangan fakta, maka guru langsung berusaha memberikan saran-saran yang membangun pandangan siswa.

2.3. MEMBANGUN MOTIVASI
Motivasi merupakan persoalan yang paling berbelit dan sulit yang sering dihadapi guru ataupun orang tua dalam membangkitkan motivasi siswa atau anaknya dalam menuntut ilmu. Bila tertanam motivasi maka dalam melakukan kegiatan apapun akan lebih maksimal hasilnya. Berikut ini ada beberapa kasus yang sering terjadi :
1)      Anak yang selalu diberikan fasilitas yang mewah dan nyaman oleh orang tuanya. Mulai dari sekolah tempat belajar yang mahal, uang saku yang banyak tapi orang tuanya sulit sekali membujuknya untuk pergi kesekolah.
2)       Orang tua yang selalu memotivasi dan menyuruh anaknya untuk belajar dan pergi ke sekolah dengan dipukul terlebih dahulu hingga badan sang anak terluka, sehingga sang anak terpaksa belajar dan pergi kesekolah.
Kasus diatas sewaktu usia anak masih kecil, coba bayangkan apabila kejadian ini masih berlangsung hingga usia SMP dan SMA tentu anak akan memberontak dan melawan orang tua atau gurunya. Cara manjur dengan kekerasan dalam menumbuhkan motivasi di usia kanak-kanak saja tapi hanya bertahan sebentar saja, dan cara ini tidak akan berhasil bila diterapkan diusia remaja SMP atau SMA.
Siswa atau peserta didik mempunyai dua motivasi dalam setiap kegiatan pembelajaran dimana pun dan kapan pun, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.  Motivasi internal atau bisa disebut motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam dirinya sendiri. Motivasi ini ditandai bahwa siswa atau peserta didik menyadari kegiatan pembelajaran ini bermanfaat bagi dirinya. Dalam hal ini tampak dari dirinya bakat dan minat positif yang tidak dipaksa orang lain.
Motivasi eksternal ini timbul dari luar diri siswa atau peserta didik, bukan didorong dari dalam dirinya sendiri. Orang tua ataupun guru akan sulit sekali menumbuhkan motivasi ini.
Dalam menumbuhkan motivasi, siswa membutuhkan energi yang besar. Energi besar ini tidak hanya peralatan yang mewah ataupun dengan hukuman fisik, cara ini akan menimbulkan trauma dalam belajar.
Sebagai contoh sahabat muda Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abbas. Semanagat belajarnya sungguh tidak pernah pudar walau Rasulullah telah wafat dan semangat ini masih membara hingga beliau meninggal pada usia 71 tahun. Rasulullah mengajarkannya bahwa belajar untuk bahagia
Pertanyaan yang paling dicecar orang tua kepada anak-anak adalah :”Apakah kamu dapat nilai paling  tinggi dikelas?”. Tidak pernah bertanya :”Apakah kamu senang dan nyaman disekolah?”.  Pertanyaan pertama merupakan pertanyaan penambah beban siswa, bukan penambah motivasi siswa. Motivasi tidak akan timbul bila siswa merasa terbebani dalam belajar.
Dalam bukunya Rina Novia Super Teacher Super Student (hal:23) dalam membangun motivasi belajar Rasulullah SAW memberikan resep, berikut ini adalah bebereapa langkah :

Ø  PANGGILAN DARI HATI
Bila dicermati hampir setiap kali orang tua atau guru selalu memanggil dengan kata yang menyeramkan bagi anak. Karena panggilan ini bernada layaknya perintah atasan ke bawahan (top down). Kadang panggilan atau seruan orang tua atau guru berupa intimidasi anak, walaupun bertujuan untuk mendidik, tapi cara menyampaikannya ke anak  kurang tepat.
Menurut Andri Hakim apabila memanggil dengan cara seperti itu maka alam bawah sadar anak akan tertanam kesimpulan bahwa orang tua atau guru yang memanggil atau menyeru, maka urusannya perintah ataupun ancaman. Kadang dipikiran anak bahwa ini bukan orang tua atau guru melainkan bos yang memerintahkan atau komandan yang suka memvonis. Inilah yang menyebabkan anak mencari pelarian ke orang lain yang dianggap lebih nyaman.
Rasulullah SAW memanggil sahabat ataupun anak kecil dengan hati, sehingga para sahabat atau anak kecil tersebut tersentuh hatinya. Panggilan semacam ini sangat jauh dari kesan memerintah atau  mengancam. Rasulullah memanggil dengan senyuman manis nan ikhlas, dan mimik wajah persahabatan. Tak pula kalah pentingnya penggunaaan pilihan kata yang menyentuh hati (perasaan). Seruan dengan hati ini akan memicu tumbuhnya semangat.
Seandanya kita tidak menggunakan hati, tapi mengandalkan besar suara saja, maka ucapan hanya hinggap ditelinga anak saja tanpa diterjemahkan dihati, sehingga anak malas atau enggan dalam melakukan belajar.
Kadang orang tua atau guru apabila anak atau siswa tidak menjalankan perintah selalu berkata :”Apa kamu tidak mendengar?” ataupun menjewer telinganya sambil berkata :”Kenapa kamu tidak melakukan yang ibu katakan?”. Kata-kata emosional inilah yang membuat anak menjadi malas apabila diperintah oleh orang tua atau guru. Seharusnya orang tua atau guru memilih kata-kata yang tidak menggandung unsur emosional. Karena Allah menciptakan manusia dengan  kelembutan, sehingga bayi pun menolak kekerasan. Ini adalah fitrah manusia yaitu menyukai kelembutan dan membenci kekerasan.

Ø  PILIHAN KATA
Coba kita perhatikan tatkala Rasulullah berkata kepada Abdullah bin Abbas: “ Maukah kamu menyimak pelajaran yang sangat berguna?”. Pilihan kata yang digunakan Rasulullah mengundang jiwa penasaran Abdullah bin Abbas sehingga Abdullah bin Abbas termotivasi untuk mengetahui pelajaran apa yang akan diberikan Rasulullah kepadanya. Maka Abdullah bin Abbas berkata :” Tentu ya Rasulullah”.
Ada seorang guru yang berkata kepada muridnya: “Ayo kamu kerjakan soal matematika, kalo tidak bapak kasih nilai merah”. “ Perhatikan pelajaran ini, bila tidak kalian tidak naik kelas”.
Coba bandingkan dengan seorang guru yang berkata kepada muridnya: “ Menjelang ujian akhir, Bapak harapkan kalian bangkit dan bersemangat untuk memberikan yang terbaik terhadap kualitas diri kalian, dan orang tua kalian tentu akan bangga”. “ Ibu terkesima oleh kualitas prestasi kalian yang semakin mengesankan”.
Penggunaan pilihan kata sangat mempengaruhi daya ikat atau magnetis dan menentukan kualitas siswa atau peserta didik. Contoh pertama dalam percakapan diatas sudah mematikan motivasi dan membuat pembatas penilaian dan dorongan siswa untuk melakukan perbuatan yang mungkin lebih baik karena percakapan pertama tidak ada unsur pujian kepada siswa. Sedangkan contoh kedua guru pertama membangkitkan motivasi murid dan alasan mengapa harus belajar, yaitu agar orang tua bangga.
Dan selain itu juga guru tetap memberikan pujian kepada siswa yang telah berjuang maksimal, walaupun bila hasilnya ada yang kurang baik.
Hal inilah yang sangat mempengaruhi tingkah laku siswa dan semangatnya. Langkah yang pertama dalam memberikan perintah kepada siswa atau peserta didik berikan semangat terlebih dahulu, kemudian berikan pujian walau hanya ucapan “ sungguh luar biasa sekali”. Karena pada dasarnya manusia itu memerlukan pujian atau lebih tepatnya penghargaan walau hanya sebuah ucapan. Penghargaan ini sangat penting sekali dalam membangkitkan motivasi.

Ø  PANUTAN
Sudah sepatutnya orang tua atau guru memiliki wibawa dihadapan anak atau siswanya. Kewibawaan ini ada hubungannya dengan motivasi belajar. Dengan kewibawaannya orang tua atau guru dapat menumbuhkan semangat.
Perlu di ingat bahwa anak memiliki kecenderungan meniru tingkah laku orang tua atau guru. Apabila siswa sudah tertarik dengan sesuatu yang dilakukan orang tua, maka anak akan semangat dalam melakukan perbuatan yang serupa. Maka harus berhati-hati sekali dalam berucap dan berbuat dihadapan anak didik, karena akan mempengaruhi tingkah lakunya.

Ø  PRINSIP MELIPAT JARAK
Melipat jarak atau lebih mudahnya mendekatkan hubungan lahir batin sangat bermanfaat sekali dalam menumbuhkan motivasi belajar anak atau siswa. Guru ataupun orang tua hendaknya mempersempit jalan yang dapat memisahkan hubungan silahturrahmi. Pada dasarnya ilmu itu adalah cahaya yang bila semakin dekat semakin terang, maka semakin dekat hubungan semakin mudah memasukkan ilmu pengetahuan kedalam benak anak didik.
Rasulullah SAW menerapkan prinsip ini. Pada waktu Abdullah bin Abbas ingin belajar solat, beliau rela menginap dirumah Rasulullah SAW. Rasulullah pun senang dan tersenyum kepada Abdullah bin Abbas tentang maksud tujuan beliau menginep dirumah Rasulullah. Ini adalah bukti bahwa Rasulullah mendekatkan hubungan tanpa batas kepada seluruh sahabat beliau dan beliau tidak pernah sekalipun mengusir sahabat-sahabatnya yang ingin menuntut ilmu.
Prof. Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajart Mengajar (hal:161) menyebutkan fungsi motivasi, yaitu :
*      Pendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan. Tanpa ada motivasi maka siswa atau peserta didik tidak mau melakukan kegiatan belajar mengajar.
*      Pengarah, yaitu mengarahkan suatu perbuatan yang diinginkan menuju pencapaian keinginan
*      Penggerak, yaitu menggerakkan siswa atau anak didik untuk melakukan suatu kegiatan. Cepat atau lambatnya gerakan siswa tergantung seberapa besar motivasinya
Tujuan para pendidik ataupun orang tua menumbuhkan motivasi anak adalah agar dia kelak menjadi orang yang berguna.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

trmakasih atas informasinya..sangat berguna

Posting Komentar