PENDAHULUAN
1.1
. LATAR BELAKANG
Melihat fenomena yang kebanyakan terjadi, bahwasannya
murid atau pelajar yang mempelajari bahasa asing dalam hal ini bahasa arab
sangat sulit untuk bisa memahami dengan betul makna dan tujuan bahasa tersebut,
sehingga mereka semua tidak bisa menerapkan hasil pembelajaran tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Memang tidak bisa dipungkiri belajar bahasa arab
merupakan suatu kesulitan tersendiri, tidak lain karena kita dihadapkan dengan
adanya bahasa ibu yang sudah dipergunakan sejak lahir, setiap hari dan setiap
saat. Untuk
bisa memahami bahasa arab perlu tahapan-tahapan yang prosesnya sangat lama dan
dalam tahapan tersebut membutuhkan proses pendidikan yang continue sekaligus
terarah. Tahapan tersebut antara lain adalah tahap pengenalan, pendengaran,
pengucapan, dan pembiasaan. Masalah yang lain adalah bahasa arab itu berbeda
dengan bahasa ibu yakni dalam hal segi-segi suara, kosakata, tata kalimat dan
tulisan, sehingga si pembelajar harus bejuang untuk memahami perbedaan tersebut
dengan detail.
Dengan
adanya tahapan-tahapan dan perbedaan di atas, seorang guru bahasa arab harus
berperan penuh demi pencapaian kompetensi ketrampilan berbahasa. Ini menjadi
tantangan besar bagi para pahlawan tanpa jasa tersebut. Melihat permasalahan
yang sering terjadi pada guru bahasa arab yakni mereka tidak menghiraukan apa
yang dinamakan “perencanaan pembelajaran”, mereka asal-asalan dalam mengajar
dengan berdalih yang penting materinya selesai. Proses pembelajaran yang
terakhir disebut dengan evaluasi belajar. Di sini guru harus bisa membuat alat
untuk mengevaluasi hasil belajar yang sudah direncanakan. Salah satu alat
evaluasi tersebut adalah tes. Seorang guru bahasa harus benar-benar mengetahui
perencanaan pembuatan tes bahasa untuk muridnya demi tercapainya indikator
keberhasilan yang sudah ditentukan. Oleh karena itulah, demi pemahaman yang
sempurna, suatu tes bahasa harus direncanakan terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan. Karena dengan adanya perencanaan pembuatan tes bahasa, guru mampu
mengevaluasi atau melaksanakan tes bahasa dengan cara atau prosedur yang baik
dan benar. Dan dengan tes yang baik dan benar tersebut, dimungkinkan
indikator-indikator pencapaian belajar bisa berhasil.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang di atas,
dapat disimpulkan bawha rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat perencanaan pembuatan tes bahasa arab yang baik dan benar ?
2. Bagaimana prosedur penyusunan dan teknik pelaksanaan tes bahasa arab yang efektif dan benar ?
1. Bagaimana membuat perencanaan pembuatan tes bahasa arab yang baik dan benar ?
2. Bagaimana prosedur penyusunan dan teknik pelaksanaan tes bahasa arab yang efektif dan benar ?
1.3.TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah
ini antara lain sebagai berikut:
1. Menjelaskan teknik pelaksanaan serta prosedur penyusunan tes bahasa arab.
2. Mendeskripsikan cara penilaian tes bahasa arab yang efektif dan benar.
1. Menjelaskan teknik pelaksanaan serta prosedur penyusunan tes bahasa arab.
2. Mendeskripsikan cara penilaian tes bahasa arab yang efektif dan benar.
1.4.METODOLOGI
PENULISAN
Penulisan
makalah ini ditulis dengan cara mencari sumber-sumber informasi berupa buku
rujukan.
1.5. BATASAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini masalah yang dibahas meliputi:
1. Teknik pelaksanan dan prosedur penyusunan tes bahasa.
2. Aspek-aspek pembuatan soal tes bahasa.
Dalam penulisan makalah ini masalah yang dibahas meliputi:
1. Teknik pelaksanan dan prosedur penyusunan tes bahasa.
2. Aspek-aspek pembuatan soal tes bahasa.
1.6. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan ini adalah memberikan suatu pemahaman tentang perencanaan pembuatan tes bahasa yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa arab. Yang mana dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan seorang pendidik bahasa arab tidak bingung dalam proses pembuatan tes sebagai alat evalusi belajar yang benar.
Manfaat dari penulisan ini adalah memberikan suatu pemahaman tentang perencanaan pembuatan tes bahasa yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa arab. Yang mana dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan seorang pendidik bahasa arab tidak bingung dalam proses pembuatan tes sebagai alat evalusi belajar yang benar.
PEMBAHASAN
Untuk memperoleh tes yang memenuhu syarat-syarat, perlu
diperhatikan hal-hal :
a)
Mengetahui fungsi dan tujuan penulisan tesi. Apakah digunakan untuk
tes formatif, EBTA, atau bentuk lainnya.
b)
Merencanakan tes dengan baik melalui kisi-kisi
c)
Menyusun tes sesuai dengan prosedur yang berlaku
d)
Menyusun dan menulis soal secara tepat, baik ditinjau dari segi
susunan bahasa maupun dari segi isi soal
e)
Menentukan tingkat kesukaran dan daya pembaca butir soal serta
dapat menganalisis homogenitas pilihan (option)
2.1. Teknik Pelaksanaan Bahasa Berdasarkan Kepentingannya
1)
Teknik Tes Bersoal
disebut tes responsive (terbatas), meliputi tes :
a)
Tata bahasa/ struktur
b)
Kosakata (vokabular)
c)
Teknik teori keterampilan berbahasa
d)
Berbicara terbatas
e)
Membaca pemahaman
f)
Mengaang objektif
g)
Terjemahan terbatas
2)
Tes Tanpa Soal
disebut tes ekspresif (bebas)
a)
Berbicara ekspresif
b)
Membaca nyaring
c)
Mengarang kreatif
d)
Terjemahan bebas
2.2.
Prosedur Penyusunan Tes
Bahasa
a)
Perencanaan, meliputi :
a.
Merencanakan tes bahasa
Syarat
:
1.
Mengetes hasil belajar yang sesuai dengan Tujuan Instruksional
Khusus.
2.
Menarik sampel yang mewakili
tingkahlaku yang diharapkan Dalam bentuk tes sesuai dengantujuan diadakannya
tes tersebut.
b)
Pelaksanaan
Sebelum
pelaksanaan harus dibuat tata tertib pelaksanaan. Dalam hal ini tata tertib
peserta dan pengawas yang disebut tata tertib ujian.
c)
Penilaian meliputi :
a.
Pemeriksaan.
b.
Pengolahan hasil tes, dari nilai mentah / skor hingga menjadi nilai
terjabar serta penafsiran hasil tes.
d)
Umpan Balik (feed back) misalnya :
a.
Menentukan ketepercayaan soal
b.
Menentukan siswa yang lemah
c.
Melakukan remedial teaching (pengajaran ulang)
Langkah-Langkah Perencanaan Tes bahasa
Langkah I
a.
Menyediakan GBPP
b.
Menyediakan program satuan pengajaran
c.
Menyediakan aesip tes formatif (mid semester), bila tes yang
dilakukan berupa tes sumatif
d.
Menyediakan buku pegangan guru dan siswa
Langkah II
Melakukan Inventarisasi berupa:
a.
Tujuan Instruksional, dalam hal ini TIK
b.
Pokok bahasan
c.
Materi pelajaran yang telah diajarkan dan telah diujikan
Agar lebih jelas, penyusunan langkah ini dibuat dalam bentuk table
seperti terlihat di bawah ini.
INVENTARISASI POKOK BAHASAN
No.
|
Pokok Bahasn
|
Jumlah
|
Pokok Materi yang
Ditanyakan
|
No. Butir Soal pada SP
|
|
|
|
|
|
Langkah III
Menentukan aspek kemampuan berpikir yang akan diujikan :
Pengetahuan/ingatan (C1) Analisis
(C4)
Pemahaman/pengertian (C2) Sintesis
(C5)
Aplikasi (C3) Evaluasi (C6)
ASPEK KEMAMPUAN BERPIKIR
No.
|
Pokok Bahasan
|
Aspek Kemampuan/Jenjang
|
Jumlah
|
|||||
I
|
Pm
|
Ap
|
An
|
Sin
|
Ev
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Langkah IV
Menyusun sampel yang mewakili tingkah laku yang akan diujikan.
Dalam menyusun sampel yang mewakili TIK ini perlu diperhatikan :
a.
Pokok bahasan yang akan diujikan
b.
Berapa pertanyaan yang dibuat
c.
Bentuk/tipe soal yang disajikan
d.
Tingkat kesukaran soal
TABEL RINCIAN TES
|
|
Bentuk
|
Pd ganda
|
PGSA
|
BUNO
|
Jumlah
|
|||||||||
No.
|
Pokok Bahasan
|
Aspek
|
I
|
Pm
|
Ap
|
A
|
I
|
Pm
|
Ap
|
A
|
An
|
Sn
|
Ev
|
A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
|
TABEL JUMLAH PERTANYAAN
Bentuk Soal
|
Aspek I
|
Pm.
|
Ap.
|
An.
|
Sin.
|
Ev.
|
Jumlah
|
PG Biasa
PG An. Kasus
PG.Sebab Akibat
Isian
BUO
BUNO
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
Persen
|
|
|
|
|
|
|
|
No
|
Tipe Soal
|
Soal
|
Wkt/Soal
|
Wkt
|
Bobot/Soal
|
Skor
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
PGB
PGAK
PGSA
Isian
BUO
BUNO
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
2.3.Penentuan Tingkat/Taraf kesukaran Soal
Secara empirik ada dua tinjauan karakteristik soal yaitu Taraf
Kesukaran Soal (TK) dan daya pembeda Soal (DP).
Tingkat kesukaran soal yaitu peluang menjawab benar terhadap suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu. Indeks tingkat kesukaran soal, berarti
semakin mudah butir soal tersebut.
Bila kita ingin menyusun soal hendaknya diperhatikan tingkat
kesukaran soal. Hal ini diperlukan agar soal yang kita buat bersifat adil.
Artinya, soal tidak terlalu mudah, dan tidak pula terlalu sukar. Untuk itu kita
perlu menentukan taraf kesukaran soal ini dengan rumus sebagai berikut :
TK=
SA +S
NA+NB
TK = Tingkat Kesukaran
SA= Jumlah siswa yang Salah dari kelopok Atas Pandai
SB= Jumlah siswa yang Salah dari Kelompok Bawah Kurang
NA= Jumlah siswa
Kelompok Atas/ Pandai
NB= Jumlah siswa Kelompok Bawah/ Kurang
Kriteria untuk menentukan Tingkat Kesukaran (TK) dalam buku
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian (Depdikbud, 1990: 48)
0,00 < 0,24 = Sukar
0,25 – 0,75 = Sedang
1,00 – 0,76 =Mudah
Cara menentukan Kelompok Atas/ Pandai dan Kelompok Bawah/ Kurang :
1)
Siswa diurutkan menurut peringkat (rank)
2)
Tentukan 27% dari atas untuk kelompo atas
3)
Tentukan 27% dari bawah untuk kelompok bawah
4)
Sisihkan sisanya (46%)
5)
Tentukan junlah jawaban yang salah untu kelompok atas dan untuk
kelompok bawah.
Contoh Perhitungan Tinngkat Kesukaran
Dalam suatu tes mata pelajaran Bahasa dan Sastra Arab terdapat 36
siswa. Jumlah butir soal 10.
Langkah pertam, kita susun dalam bentuk table atas peringkat
Siswa
No.Item
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
1/ Ifah
2/ Ayu
3/ Adi
4/ Buya
5/ Iip
36/ Eon
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
Keterangan
a.
Nama siswa diurutkan atas peringkat dalam ujian tersebut
b.
Berilah tanda 1 = untuk
jawaban benar , 0 = untuk jawaban salah
Langkah kedua, hitung 27% untuk kelompok atas dalam tabel.
Dari contoh data di atas dapat ditentukan kelompok atas : 27% x 36 orang = 9,72
Dibulatkan 10 orang.
KELOMPOK ATAS
Siswa
No. Item
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
1. Ifa
2. …
3. …
4. …
5. ..
6. …
7. ..
8. …
9. …
10. …
|
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
|
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
|
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
|
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
|
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
|
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
|
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
|
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
|
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
|
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
|
Jumlah salah
|
4
|
2
|
3
|
1
|
3
|
2
|
3
|
4
|
4
|
3
|
Langkah ketiga, hitung 27% untuk kelompok bawah dalam table. Dari
data di atas dapat ditentukan kelompok bawah 27% x 36 orang = 9,72 dibulatkan
10 orang.
KELOMPOK BAWAH
Siswa No. Item
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
1. Ifa
2. …
3. ..
4. …
5. …
6. …
7. …
8. …
9. ..
10. …
|
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
|
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
|
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
|
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
|
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
|
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
|
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
|
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
|
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
|
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
|
Jumlah salah
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
3
|
5
|
4
|
5
|
5
|
Langkah keempat tentukan jumlah jawaban yang salah baik pada
keloompok atas maupun kelompok bawah, maka diperoleh perbandingan kesalahan
tiap kelompok.
2.4 penentuan
Daya Pembeda Butir Soal (DP)
Daya Pembeda soal adalah kemampuan suatu soal
untuk membedakan antara siswa yang pandai (menguasai bahan) dengan siswa yang
kurang (belum menguasai bahan).
Rumus yang
digunakan untuk menentukan DP adalah :
DP =
SA – SB
½ x N
DP = Daya
Pembeda Soal
SA =
Jumlah yang Betul dari Kelompok Atas
SB =
Jumlah yang Betul dari Kelompok Bawah
N = Jumlah
siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah
Kriteria untuk
Daya Pembeda :
1.0
– 0,40 = Baik (digunakan)
0.20 – 0,39 =
cukup (direvisi/diperbaiki)
0.00 – 0,10 =
lemah (diganti)
Contoh
perhitungan daya pembeda (data sama dengan penghitungan tingkat kesukaran)
diatas :
PERBANDINGAN
KELOMPOK ATAS
DAN KELOMPOK BAWAH
No. Item
|
SA
|
SB
|
SA – SB
|
DP
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
6
6
6
6
6
3
5
4
5
5
|
4
2
3
1
3
2
3
4
4
5
|
2
4
3
5
3
1
2
0
1
2
|
0,20
0,40
0,30
0,50
0,30
0,10
0,20
0,00
0,10
0,20
|
Contoh
perhitungan Daya Pembeda Soal (DP)
Soal nomer soal
1
DP = SA – SB = 2 =
0,20
½ x N 10
Artinya soal
nomer 1 tersebut berada pada taraf cukup, berarti soal itu perlu diperbaiki
atau direvisi.
2.5 Pembuatan Kisi-Kisi Tes (Blue Print)
Kisi-kisi
adalah suatu format atas matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang
diperlukan atau yang hendak disusun. Format kisi-kisi bergantung pada tujuan
dilaksanakannya suatu tes. Kisi-kisi dimaksudkan untuk mengetahui arah dan
tujuan setiap soal sebelum dialkukan penulisan soal.
Kisi-kisi
digunakan sebagai panduan atau pedoman dalam penulisan soal. Dengan kisi-kisi,
penulisan soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.
Selain itu, penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang
relatif sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cdari cakupan materi
pertanyaannya.
Syarat-syarat
kisi-kisi Tes :
a.
Dapat mewakili isi kurikulum (GBPP) secara tepat
b.
Setiap komponen jelas dan mudah dipahami
c.
Komponen-komponen terinci
d.
Dapat dibuatkan soalnya secara tepat.
Komponen
kisi-kisi Tes
Komponen
kisi-kisi tergantung jenis dan tujuan tes itu disusun. Secara umum
komponen kisi-kisi yaitu :
ü Jenis/jenjang
sekolah
ü Program /
jurusan
ü Bidang studi /
mata pelajaran
ü Tahun ajaran
ü Kurikulum dan GBPP
yang diacu
ü Alokasi waktu
ü Jumlah soal
ü Bentuk soal’
ü Tujuan
instruksional umum
ü Pokok
bahasan/subpokok bahasan
ü Uraian materi
ü Bahan kelas
ü Jumlah soal
tiap pokok bahasan /subpokok bahasan
ü Indikator
ü Nomor urut soal
Dari komponen-komponen diatas, komponen pokok bahsan/ subpokok
bahasan (PB/SPB) sangat penting menyangkut pemilihan PB/SPB yang diteskan.
Karena tidak mungkin kita akan mengeteskan seluruh PB/SPB yang telah diajarkan.
Kriteria pokok bahasan/subpokok bahasan yang diteskan :
a.
Merupakan PB/SPB penting yang merupakan pendalaman dari satu atau
lebih PB/SPB yang sudah dipelajari sebelumnya.
b.
Merupakan PB/SPB penting yang harus dikuasai siswa
c.
Merupakan PB yang sering
diperlukan untuk mempelajati atau memahami bidang studi lain
d.
Merupakan topik yang berkesinambungan, terdapat pada semua jenjang/
kelas
e.
Merupakan PB/SPB yang memiliki nilai terapan dalam kehidupan
sehari-hari siswa.
Komponen
lain yang harus diperhatikan adalah uraian materi dan indikator. Dari
indikator inilah penulis soal dapat mengetahui tingkat pencapaian TIU yang
terdapat dalam GBPP.
Langkah
penyusunan kisi-kisi soal
KISI-KISI
PENULISAN SOAL TES SUMATIF
Jenis sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/program :
Kurikulum
(GBPP) acuan :
Alokasi waktu :
Jumlah soal :
No. urut
|
TIU
|
PB/SPB
|
Inti Materi
|
Bahan Sat Pel
|
Indikator
|
Jml Soal
|
Btk Soal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FORMAT
PENULISAN SOAL TES SUMATIF
Mata pelajaran :
Sekolah :
Waktu :
No
|
Nomor PB/SPB
|
Bahan SatPel
|
Jenjang
Kognitif
|
TIK
|
Nomor Soal
|
Butir Soal
|
TK
|
Btk Soal
|
Kunci
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
Jenjang
Kognitif Tingkat
Kesukaran (TK) Bentuk
Soal
C 1 = Ingatan Md = Mudah A = PGB
C 2 = pemahaman Sd = Sedang B = PGSA
C 3 = Penerapan Sk =
Sukar C = PAG
C 4 = Analisis D = PGAK
C 5 = Sintesis E = Uraian
C 6 = Evaluasi
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas kami dapat menyimpulkan
bahwa sebelum melaksanakan tes atau evaliasi terhadap hasil kerja siswa,
seorang guru harus melakukan perencanaan pembuatan tes terlebih dahulu untuk
mengetahui teknik pelaksanaan, prosedur penyusunan tes bahasa dan cara membuat
serta menganalisis soal yang akan diberikan pada siswa. Hal ini amat sangat
membantu guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran sehingga mampu mencapai
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran itu sendiri.
3.2. SARAN
Sebagai
guru yang dituntut untuk bisa professional dalam bidangnya diharapkan bisa
memahami tentang proses pembuatan tes unsur bahasa dengan baik dan benar, yang
mana dengan itu suatu alat evaluasi (tes) layak diterima oleh murid yang mana
seterusnya hal ini akan menjadikan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dan
kita semua sebagai calon guru bahasa arab, penjelasan diatas patutlah kita
jadikan sebagai referensi untuk memahami proses pembuatan tes unsur bahasa,
karena dengan pemahaman itulah kita semua akan menjadi calon guru yang siap
pakai di masyarakat.
RUJUKAN
hidayat, Kosadi. Evaluasi Pendidikan dan Penerapan Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar