Rabu, 21 September 2011

Psikososial


A.    SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Dahulu pada saat sebelum ilmu induknya di kukuhkan yaitu psikologi, tapi bibit-bibit psikologi sosial sudah tumbuh, yaitu ketika Lazarus dan Steindhal pada tahun 1860 mempelajari bahasa, tradisi dan institusi masyarakat untuk menemukan “jiwa masyarakat” yang berbeda dengan “jiwa individu”
Walaupun Lazarus dan Steindhal masih dipengaruhi oleh ilmu antropologi, kemudian dikembangkan oleh W.Wundt pada tahun 1880 mulai mempelajari “Psikologi Rakyat” dan menyejajarkan dengan psikologi individual.

Perkembangan selanjutnya pada tahun 1935 ketika Sherif melakukan penelitian tentang pembentukan norma-norma sosial yang diambil dari pendapat-pendapat individu yang berpatokan pada norma sosial tersebut. Penelitian tersebut menerangkan bahwa adanya interaksi  hubungan timbal balik antara perilaku individu dengan norma sosial yang merupakan dasar patokan dari teori psikososial dimasa yang akan datang.
Perkembangan psikososial mulai pada puncak pada tahun 1970 hingga 1980 dengan cakupan penelitian yang lebih luas. Penelitian menganai atribusi, sikap, perbedaan jenis kelamin (gender), diskriminasi seksual, psikologi lingkungan, psikologi massa, dan lain-lain. Tahap ini pun ditandai dengan berkembangnya penelitian psikologi terapan.

            Perkembangan psikososial tidak telepas dari perkembangan dan pengaruh ilmu-ilmu lain. Menurut Bonner (1953) mengatakan bahwa ilmu lain yang berpengaruh pada ilmu psikososial adalah sosiologi dan antropologi. Sosiologi terkait pada perilaku hubungan antarindividu atau antara individu dengan kelompok atau antar kelompok dalam berperilaku.Perbedaan psikososial dengan sosiologi adalah psikososial terpusat hanya kepada individu, sedangkan sosiologi memusatkan perhatiannya pada sistem dan struktur sosial yang berubah tanpa memperhatikan individu.
            Walaupun demikian psikologi dengan psokososial sangatlah berbeda dengan disiplin ilmu lain yang mempengaruhinya, sebagai contoh perbandingan yaitu psikologi dengan biologi. Psikologi adalah ilmu subjektif, sedangkan biologi adalah ilmu objektif. Psikologi subjektif karena mempelajari penginderaan dan persepsi atau pandangan manusia, sehingga manusia dianggap sebagai pelaku atau subjek. Sedangkan biologi dikatakan ilmu objektif karena mempelajari jasad manusia, sehingga manusia tersebut sebagai objek. Jadi psikologi mempelajari perkembangan nilai-nilai dan persepsi subjek (manusia), sementara itu biologi mempelajari dan mendapatkan fakta dari penelitian terhadap jasad manusia.
            Selanjutnya psikologi sebagai induk dari psikososial, psikososial memiliki perbedaan. Psikososial mempelajari perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan lingkungan sosial. Sedangkan psikologi umum mempelajari apa saja, terlepas dari makna sosialnya dan juga sering dilakukan eksperimen di laboratorim.


B.     DEFINISI PSIKOSOSIAL

Sherif & Muzfer, 1956
Psikologi sosial adalah ilmu tentang pengalaman dan perilaku individu dalam kaitannya dengan situasi stimulus sosial
            Stimulus sosial ini maksudnya adalah bukan hanya orang lain yang memberikan dan mengadakan interaksi sosial dengan pelaku, tapi dapat juga berupa benda-benda dan hal-hal lain yang dapat memberikan pengaruh secara sosial.
            Dewey & Huber, 1966
Psikologi sosial adalah  study tentang manusia individual ketika berinteraksi, bisasanya secara simbolik dengan lingkungannya.
            Yang dimaksud interksi secara simbolik ini adalah lambang-lambang yang di pakai manusia dalam berkomunikasi, seperti kata-kata, huruf-huruf, tanda lalu lintas, busana, pamgkat, dan lain sebagainya
            Baron & Byrne, 1994
Psikologi sosial adalah bidang ilmiah yang mencari pengertian tentang hakikat dan sebab-sebab dari perilaku dan pikiran-pikiran individu dalam situasi sosial.
            Mungkin definisi ini merupakan definisi yang sudah sangat maju sekali, karena tidak hanya membahas dan mempelajari perilaku saja, tapi juga mencari tahu pengertian dan sebab-sebab dari perilaku tersebut. Bahkan juga mencari tahu perilaku yang tak kasat mata yaitu pikiran-pikiran. Dengan demikian psikososial menjadi sangat luas sekali.

C.    TAHAP PERKEMBANGAN HIDUP MANUSIA

            Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori Perkembangan Psikososial. Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertahapan. Ada 8 (delapan) tahapan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia.

1.      Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
·         Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
a)      Dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
b)     Bayi sangat tergantung dari pengasuhan
c)      Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia.
2.      Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
·         Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
a)      Masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
b)     Latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting
c)      Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
d)     Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

3.      Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
·         Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
a)      Masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.
b)     Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
c)      Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
d)     Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

4.      Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
·         Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
a)      Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
b)     Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun perasaan kompeten dan percaya dengan keterampilan yang dimilikinya.
c)      Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
d)     Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru.
e)      Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
f)       Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
g)      Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

5.      Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
a)      Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
b)     Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
c)      Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya
d)     Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme
e)      Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai.
f)       Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
g)      Bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
h)     Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.

6.      Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
a)      Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
b)     Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat & siap berkomitmen dg orang lain.
c)      Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
d)     Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim.
e)      Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

7.      Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
a)   Terjadi selama masa pertengahan dewasa
b)  Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
c)   Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia .
d)  Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

8.      Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
a)   Terjadi selama masa akhir dewasa
b)  Cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
c)   Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
d)  Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
e)   Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
f)    Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

D.    KELAINAN PSIKOSOSIAL
Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang berhubungan dengan pemahaman seorang individu atas situasi sosial di lingkungannya. Secara riil, psikososial ini meliputi bagaimana seseorang mengetahui apa yang dirasakan orang lain, bagaimana mengekspresikan perasaannya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungannya. Selain itu, psikososial juga berkaitan dengan kemampuan seorang anak melepaskan diri dari ibu atau orang penting didekatnya dan melakukan tugas-tugas yang diberikan secara mandiri. Pada saat yang bersamaan, perkembangan psikososial ini juga meliputi pemahaman seorang anak atas peraturan-peraturan yang ada di sekitarnya.

Dengan demikian yang dimaksud dengan kelainan psikososial adalah kelainan-kelainan yang berhubungan dengan fungsi emosi, dan perhatian terhadap sekitarnya.
Beberapa penyimpangan atau kelainan perilaku yang muncul berkaitan dengan fungsi-fungsi ini antara lain adalah :

Gangguan emosi, gangguan emosi tampak melalui perilaku ekstrim seperti terlalu agresif, terlalu menarik diri, berteriak, diam seribu bahasa, terlalu gembira
atau terlalu sedih. Perilaku ekstrim ini muncul dalam tempo yang tidak sebentar dan dalam situasi yang tidak tepat. Masyarakat kadang-kadang membeei label pada mereka yang memiliki hambatan ini dengan sebutan “anak nakal” misalnya.

Gangguan perhatian, gangguan perhatian tampak sebagai kesulitan seorang anak dalam memberikan perhatian terhadap objek disekitarnya, sekalipun dalam waktu tidak lama. Termasuk dalam kelainan ini adalah hiperaktif, sulit memusatkan perhatian dan autism. Secara sekilas, penyandang gangguan ini dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan, sehingga dapat dikatakan bahwa anak-anak yang memiliki gangguan perhatian ini termasuk memiliki gangguan yang kompleks. Untuk memastikan apakah seorang anak memiliki gangguan perhatian ini, utamanya autism, perlu dilakukan oleh dokter, psikolog, terapis, guru dan utamanya keterangan orang tua, mengenai sejarah perkembangannya.

Deteksi kelainan perkembangan dapat dilakukan oleh orang tua sejak dini. Semakin cepat orang tua menemukan kelainan-kelainan pada anaknya akan semakin baik dan mudah penanganannya. Sebagaimana dikatakan oleh para pakar bahwa ada tidaknya perubahan kualitas perkembangan anak sedikit banyak adalah hasil dari pembiasaan yang diterapkan oleh orang tuanya. Seorang anak yang terbiasa mendapati lingkungan yang menyenangkan (hawa udara, cahaya, suara) dan tidak mengalami hal-hal yang  menakutkan atau serba tidak menentu akan cenderung menumbuhkan perasaan mempercayai sesuatu. Sebaliknya, jika seorang anak dibesarkan oleh kebiasaan yang tidak menyenangkan, ia akan tumbuh menjadi anak yang mudah curiga atau tidak mempercayai sesuatu, dingin dan acuh tak acuh . Bahkan diduga, mereka yang tidak mendapatkan hal-hal yang menyenangkan akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak memiliki belas kasih.

Erikson (dalam Gunarsa, l980), mengatakan bahwa kuncinya adalah pada fungsi pengindraan sebagai alat pertama untuk melakukan hubungan dan pengalaman sosial yang pada muaranya mempengaruhi reaksi dan sikap seseorang di kemudian hari. Karena anak atau bayi paling sering memperoleh makanan melalui mulut, maka ia berhadapan pertama kali dengan lingkungan sosialnya melalui mulut. Anak akan merasakan hubungan-2 sosial yang pertama ini melalui hal-hal yang kualitatis daripada hal-hal yang kuantitatif, seperti seringnya memperoleh makanan. Dengan kata lain anak akan merasakan kehangatan cinta kasih dari ibu atau pengasuhnya, melalui caranya memberikan makanan, caranya menyusui , caranya mengajak tertawa dan berbicara dengan anak maupun cara-cara yang lain, yang ditunjukkan untuk menyatakan keberadaan si anak. Pengalaman ini untuk selanjutnya akan menjadi bekal bagi anak atau seseorang ketika melalui hari-hari panjangnya yang lebih kompleks di kemudian hari, manakala ia melewati fase-fase berikutnya.


E.     HUBUNGAN PSIKOSOSIAL DENGAN PEMBELAJARAN

Telah kita ketahui bersama bahwa psikososial di pengaruhi oleh berbagai disiplin ilmu. Dengan di pengaruhi oleh disiplin ilmu inilah tentu saja sangat di buruhkan dalam melengkapi berbagai kebutuhan kita selaku masyarakat yang bermasyarakat. Khususnya bagi seorang pengajar dalam pemebelajaran di kelas
Mengajar merupakan hubungan sosial, sudah pasti dalam mengajar ada pola interaksi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dianalisa dengan psikososial. Seorang pendidik yang memahami psikososial ini tentu saja akan memberikan pengajaran  dan sikap yang tepat sesuai tahap perkembangan hidup manusia kepada murid, karena akan ada timbal balik nantinya atas apa saja yang pendidik berikan.
Dengan demikian seorang murid akan memberiakn timbal balik berupa rasa nyaman dan aman terhadap gurunya, sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA
W.Sarwono, Sarliti. Psikologi Sosial .Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Balai Pustaka:Jakarta. 1999
W.Sarwono, Sarliti. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka:Jakarta. 1997
Wirawan. S, Sarlito. Teori-Teori Psikologi Sosial. Rajawali Pers:Jakarta.2009
http://rumah-optima.com/optima/index.php?option=com_content&view=article&id=52:identifikasi-anak-anak-khusus-pengantar-untuk-memahami-perkembangan-dan-perilakunya&catid=39:psikologi&Itemid=56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar