Minggu, 08 Juli 2012

INTERFERENSI BAHASA IBU TERHADAP BAHASA ARAB PADA MAHASISWA JURUSAN BAHASA ARAB REGULER A ANGKATAN 2010


BAB I
PENDAHULUAN
Istilah interferensi tidak akan lepas dari integrasi, karena merupakan dua topik dalam pembahasan sosiolonguistik sebagai akibat dari pemakaian dua bahasa atau lebih yang berbeda didalam masyarakat multilingual. Pemakaian dua bahasa atau lebih maka akan ada campur kode ataupun alih kode dalam penggunaan bahasa dalam berinteraksi dengan kelompok lain. Dalam interferensi terdapat kesalahan struktur dari kaidah bahasa yang digunakan dengan kaidah bahasa lain. Tingkat kesalahan dalam penggunaan dua bahasa atau lebih dalam satu percakapan adalah sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa pada masyarakat tutur tersebut. Semakin baik penggunaan bahasa keduam, semakin sedikit tingkat kesalahannya, karena digunakan sesuai dengan kondisi dan sutuasi. Sedangkan penguasaan bahasa kedua oleh masyarakat tutur kurang baik, maka akan semakin banyak kesalahan kaidah dalam bahasa yang digunakan.
Mahasiswa yang memilih jurusan bahasa dan sastra Arab tentunya menguasai bahasa Arab sebagai bahasa keduanya (B2). Tentunya seluruh mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Arab menguasai bahasa Arab sebagai B2nya, tapi dengan tingkat kemampua yang berbeda-beda. Ada yang B1 dengan B2 sama mahirnya, ada pula yang B2 kurang mahir, sehingga penggunaan B1 lebih dominan disbanding B2.
Penulisan makalah ini untuk mengetahui interferensi B1 terhadap B2 dalam interaksi di kelas. Sample yang saya gunakan yaitu mahasiswa regular A angkatan 2010

 

BAB II
PEMBAHASAN
Interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich (1953) untuk menyebut perubahan sistem suatu bahasa sebuhungan dengan adanya persentuhan dengan bahasa lain yang digunakan oleh masyarakat tutur. Menurut Alwasilah (1985:131) pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu, Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik) (Suwito,1985:5).
Kemampuan bahasa ibu (B1) dengan bahasa asing (B2) setip penutur sangat berbeda-beda. Ada yang kemampuan B1 sama baiknya dengan B2, dan sebaliknya. Ada pula yang B2 sangat minim. Menurut Ervin dan Osgood penutur yang tingkat kemampuan B1 dan B2 sama baiknya disebut kemampuan bahasa sejajar, sedangkan kemampuan B2 sangat minim disbanding B1, maka disebut kemampuan bahasa majemuk. Penutur yang kemampuan B2 minim akan sangat kesulitan dalam menggunakan B2, yang tentu saja akan di dominasi oleh B1-nya. Sehingga akan terjadi "pengacauan" (Nababan 1984) dalam penggunaan bahasa, karena struktur B2 di pengaruhi oleh struktur B1. Sedangkan menurut Hartman dan Strok (1972:115) menyebutkan kejadian yang demikian bukanlah "pengacauan", melainkan "kekeliruan" yang terjadi akbiat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran atau dialek B1 ke dalam B2.
Menurut Soewito (1983:59) interferensi dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah berlaku bolak-balik. Unsur bahasa Indonesia bisa masuk ke unsur bahasa daerah, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat pula berlaku bagi mahasiswa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu dan bahasa Arab sebagai bahasa kedua, maka dapat berlaku bolak-balik. Artinya unsur bahasa Indonesia dapat masuk ke dalam bahasa Arab, dan juga sebaliknya. Dengan demikian B1 dan B2 dapat saling brtukar unsur leksikal.
Sebagian mahasiswa angkatan 2010 kelas regular A dalam percakapan sehari-hari menggunakan bahasa Arab. "Kapan nih Nisful Fatrohnya?" seharusnya dalam kaidah bahasa Indonesia yang tepat adalah "Kapan ujian tengah semester?" penggunaan kata Nisful Fatroh sudah wajar dikalangan mahasiswa kelas regular A.
"أنا لا أعرف lho" (saya tidak tau lho )
"لماذا لا تعرف؟" (kenapa kamu tidak tau?)
"أنا لا أحضر هناك" (saya kan gak dateng ke sana)
Percakapan diatas menggunakan kaidah bahasa Indonesia, walaupun mengguakan bahasa Arab dalam percakapannya. Dari percakapan diatas teori Soewito berlaku.
Berikut ini adalah bahasa yang sering digunakan yang mengakibatkan interferensi :

فصل هناك خلاص
كيف ناتجتك؟
اُنظرْ فقط
ينام  دائما في الفصل
أستعير قلم
الأستاذ تحضر؟
خلاص, اكتب فقط!
صاحتي lho

Yang seharusnya :

ذلك الفصل قد انتهى
كيف بناتجتك؟
اُنظرْ
ينام في الفصل دائما
أستعير قلمك
هل الأستاذ يـحضر؟
 اكتب!
ها هي صاحتي

Dari kalimat-kalimat diatas terjadi "pengacauan" kaidah bahasa Arab. Kalimat diatas menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang hanya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab tanpa menyesuaikan dengan kaidah bahasa Arab yang baku.
Penyebab  terjadinya interferensi adalah kemampuan penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga dipengaruhi oleh bahasa lain (Chaer,1995:158). Biasanya interferensi terjadi dalam penggunaan bahasa kedua, dan yang menginterferensi adalah bahasa ibu (B1).
Ardiana (1940:14) membagi interferensi menjadi lima macam, yaitu :
1.      Interferensi kultural dapat tercermin melalui bahasa yang digunakan oleh dwibahasawan. Dalam tuturan dwibahasawan tersebut muncul unsur-unsur asing sebagai akibat usaha penutur untuk menyatakan fenomena atau pengalaman baru.
2.      Interferensi semantik adalah interferensi yang terjadi dalam penggunaan kata yang mempunyai variabel dalam suatu bahasa.
3.      Interferensi leksikal, harus dibedakan dengan kata pinjaman. Kata pinjaman atau integrasi telah menyatu dengan bahasa kedua, sedangkan interferensi belum dapat diterima sebagai bagian bahasa kedua. Masuknya unsur leksikal bahasa pertama atau bahasa asing ke dalam bahasa kedua itu bersifat mengganggu.
4.      Interferensi fonologis mencakup intonasi, irama penjedaan dan artikulasi.
5.      Interferensi gramatikal meliputi interferensi morfologis, fraseologis dan sintaksis.
Yang paling sering dikalangan mahasiswa bahasa Arab yaitu fonetik menggunakan logat daerahnya. Kata باب (babun) pengucapan huruf /b/ dari kata babun menggunakan logat Jawa dengan penekanan di huruf b. Kata لماذا (limadza) pengucapan yang benar dengan huruf "dz" lidah depan dijepit oleh gigi atas dan bawah. Tetapi yang saya temukan sebagian mahasiswa jurusan bahasa Arab regular A 2010 khususnya yang berasal dari daerah betawi pengucapannya لماجا (limaja) fokal /dz/ berubah menjadi /j/, bahkan ada pula yang mengucapkan لمازا (limaza) fokal /dz/ berubah menjadi /z/.
Selain itu dalam menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Arab pada kata "tidak apa-apa" diterjemahkan menjadi لا لماذا لماذا (laa limadza limadza). Penerjemahan seperti ini yang saya temui adalah terjemahan bahasa Indonesia ke bahasa Arab dengan kata perkata. Kata "tidak bahasa" Arabnya لا sedangkan "apa" bahasa Arabnya لماذا sehingga menjadi لا لماذا لماذا




BAB III
PENUTUP
Interferensi yang terjadi pada mahasiswa jurusan bahasa Arab bukan karena tidak menguasai قواعد اللغة العربية (kaidah bahasa Arab) melainkan beberapa faktor. Menurut Weinrich (1970:64-65) ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi, antara lain :
1.      kedwibahasaan peserta tutur
2.      tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima
3.      tidak cukupnya kosakata bahasa penerima
4.      menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan
5.      kebutuhan akan sinonim
6.      prestise bahasa sumber dan gaya bahasa
7.      terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu



DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A Chaedar. 1985. Beberapa Madhab dan dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.
Ardiana, Leo Idra. 1990. Analisis kesalahan Berbahasa. FPBS IKIP Surabaya.
Bawa, I Wayan. 1981. Pemakaian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Denpasar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Jendra. I Wayan. 1991. Dasar-Dasar Sosiolinguistik. Denpasar: Ikayana.
Suwito. 1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Cipta.

0 komentar:

Posting Komentar