Sumber Pengetahuan
PENGETAHUAN DAN KEBENARAN dalam Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar (knowledge is justified as true belief). Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan mengetahui.
Mengetahui itu hasil kenal, sadar, insaf, mengerti, benar dan pandai. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengetahuan berarti: 1 .segala sesuatu yg diketahui; kepandaian. 2 segala sesuatu yg diketahui berkenaan dng hal (mata pelajaran)
Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan merupakan hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar. Pengetahuan(knowledge) merupakan terminologi generik yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia sepertiperasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan manusia mempunyai pengetahuan adalah: 1. Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup 2. Mengembangkan arti kehidupan 3. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri. 4. Mencapai tujuan hidup. Binatang pun mempunyai pengetahuan, tetapi hanya sekedar atau terbatas untuk melangsungkan hidup (tujuan survival).
Jenis penegtahuan yaitu : •Pengetahuan biasa (common sense) yang digunakan terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. •Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan luas mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.untuk mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman. •Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai di luar dan di atas pengalaman biasa. •Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para Nabi danRosul-Nya. Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat pengetahuan: 1.Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alamnyata. 2.Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental/psikologis yang bersifat subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.
Ada beberapa pendapat tentang sember pengetahuan diantaranya :
1. EMPIRISME Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos = pengalaman). Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal John Locke (1632 – 1704), George Barkeley(1685 -1753) dan David Hume.
2. RASIONALISME Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 – 1650, Baruch Spinoza (1632 –1677) dan Gottried Leibniz (1646 –1716).
3. INTUISI Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia. Intuisi merupakan kemampuan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati.
1. WAHYU Pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya yang terpilih untuk menyampaikannya ( Nabi dan Rosul). Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau olehmanusia. Menurut KBBI . Wahyu dan petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dan lain sebagainya
KRITERIA KEBENARAN
(THEORY OF TRUTH)
"Gnothi Seauthon..............!" demikianlah Sokrates, seorang filsuf besar Yunani, telah berbicara pada abad-abad sebelum masehi. Kenalilah dirimu sendiri, demikianlah kurang lebih pesan yang ingin ia sampaikan.
Manusia adalah mahluk berfikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada. Prof. Dr. R.F Beerling, seorang sarjana Belanda mengemukakan teorinya tentang manusia bahwa manusia itu adalah mahluk yang suka bertanya. Dengan berfikir, dengan bertanya, manusia menjelajahi pengembaraannya, mulai dari dirinya sendiri kemudian lingkungannya bahkan kemudian sampai pada hal-hal lain yang menyangkut asal mula atau mungkin akhir dari semua yang dilihatnya. Kesemuanya itu telah menempatkan manusia sebagai mahluk yang sedikit berbeda dengan hewan. Sebagaimana Aristoteles, filsuf yunani yang lain, mengemukakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that reason). W.E Hacking, dalam bukunya What is Man, menulis bahwa: "tiada cara penyampaian yang meyakinkan mengenai apa yang difikirkan oleh hewan- hewan, namun agaknya aman untuk mengatakan bahwa manusia jauh lebih berfikir dari hewan manapun. Ia menyelenggarakan buku harian, memakai cermin, menulis sejarah......."
William P. Tolley, dalam bukunya Preface To Philosophy A Tex Book, mengemukakan bahwa "our question are endless,......what is a man, what is a nature, what is a justice, what is a god ? Berbeda dengan hewan, manusia sangat concern mengenai asal mulanya, akhirnya, maksud dan tujuannya, makna dan hakikat kenyataan. ....Mungkin saja ia adalah anggota marga satwa, namun ia juga adalah warga dunia ideal dan nilai...."
Dengan menempatkan manusia sebagai hewan yang berfikir, berintelektual dan berbudaya, maka dapat disadari kemudian bila pada kenyataannya manusialah yang memiliki kemampuan untuk menelusuri keadaan dirinya dan lingkungannya. Manusialah yang membiarkan fikirannya mengembara dan akhirnya bertanya. Berfikir adalah bertanya, bertanya adalah mencari jawaban, mencari jawaban adalah mencari kebenaran; mencari jawaban tentang alam dan Tuhan adalah mencari kebenaran tentang alam dan Tuhan. Dari proses tersebut lahirlah pengetahuan, teknologi, kepercayaan (atau mungkin agama ??)
Lalu apakah kebenaran itu ? atau apakah atau keadaan yang bagaimanakah yang
dapat disebut benar ?
"Kebenaran / keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang sungguh merupakan faktanya"
3
Rumusan teori korespondensi tentang kebenaran itu bermula dari ARIESTOTELES, (384-322 S.M.) dan disebut teori penggambaran yang definisinya berbunyi sebagai berikut :
“VERITAS EST ADAEQUATIO INTELCTUS ET RHEI” [kebenaran adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan]. Teori ini selanjutnya dikembangkan oleh Bertrand Russel (1872-1970). Penganut teori ini adalah mazhab realisme dan materialisme.
Perbandingan, padahal kebenaran sedang dimiliki?Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya.
Jadi berdasarkan teori korespondensi ini, kebenaran itu dapat dinilai dengan membandingkan antara preposisi dengan fakta atau kenyataan yang berhubungan dengan preposisi tersebut. Bila diantara keduanya terdapat kesesuaian (korespondence), maka preposisi tersebut dapat dikatakan memenuhi standar kebenaran/keadaan benar. Sebagai contoh dapat dikemukakan : " Semarang adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah sekarang" ini adalah sebuah pernyataan; dan apabila kenyataannya memang Semarang adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, pernyataan itu benar, maka pernyataan itu adalah suatu kebenaran.
Teori yang kedua adalah Teori Konsistensi. The Consistence Theory Of Truth, yang sering disebut dengan The coherence Theory Of Truth. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri.
Berdasarkan teori ini, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan diakui benarnya terlebih dahulu. Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu coherent [saling berhubungan] dengan proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan pengalaman kita.
Contohnya:
Bungkarno, adalah ayahanda Megawati Sukarno Puteri,
Adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar. Jika terdapat penyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut diatas, maka pernyataan ini dapat dinyatakan Benar. Kerena koheren dengan pernyataan yang dahulu: Misalnya.
4
- Bungkarno memiliki anak bernama Megawati Sukarno Putri
- Anak-anak Bungkarno ada yang bernama Megawati Sukarno Putri
- Megawati Sukarno Putri adalah keturunan Bungkarno
- Anak-anak Bungkarno ada yang bernama Megawati Sukarno Putri
- Megawati Sukarno Putri adalah keturunan Bungkarno
Teori ini dianut oleh mazhab idealisme. Penggagas teori ini adalah Plato (427-347 S.M.) dan Aristoteles (384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh Hegel dan F.H. Bradley (1864-1924). Kritik terhadap teori ini adalah “tidak mungkinkah terdapat kumpulan proposisi yang koheren yang semuanya salah”?.
Teori ketiga adalah teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic [pramatist] theory of truth. Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan. Falsafah ini dikembangan oleh William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat.
Dinyatakan sebuah kebenaran jika memilki “hasil yang memuaskan [satisfactory result], bila :
Sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia
Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen
Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk
tetap ada.
Sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia
Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen
Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk
tetap ada.
Sulit untuk mengatakan apakah ketiga teori tentang kebenaran tersebut diatas adalah bertentangan atau saling melengkapi. Namun yang pasti, seharusnya kebenaran tidaklah menjadi klaim salah satu golongan saja. Sebagaimana Harold H.Titus mengatakan "The way of knowledge may be many rather then one ". Proses berfikir tidak boleh berhenti pada satu hal yang kelihatannya sudah pantas untuk diyakini, karena ketika keyakinan akan suatu obyek mulai tumbuh, maka seiring dengan itu proses berfikir tentang obyek tersebutpun akan berhenti. Keyakinan adalah penjara kebebasan berfikir, dan tulisan inipun dibuat agar pembaca terus berfikir.
Akhirnya demikianlah sekelumit yang bisa kami paparkan semoga bisa ikut memberi kontribusi positif bagi khazanah pemikiran kita supaya bisa lebih dewasa dalam bersikap dan lebih bijak menerima perbedaan dalam khazanah keilmuwan yang ada.
sumber :
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI, Jakarta : Sinar Harapan, 2003.
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, cet. I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006.
----------, Amsal Filsafat Agama I, cet. I, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997.
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996.
A, Qadir C., Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta : Pustaka Obor Indonesia, 2002.
Edwards, Paul. (Ed)., The Encyclopedia of Philosophy, Vol. V., New York: Collie Mac Millan Publishing Co., ed. 2, 1972.
Gazalba, Sidi Sistematika Filsafat, Pengantar Kepada Teori Pengetahuan, Buku II, cet. I, Jakarta : Bulan Bintang, 1992.
Salam, Burhanuddin, Logika Materil; Filsafat Ilmu Pengetahuan, cet. I, Jakarta : Rinika Cipta, 1997.
Amin, Miska Muhammad Epistemologi Islam, Jakarta : UI Press, 1983.
Rasyidi (ED)., H.M. Filsafat Agama, cet. IX, Jakarta: Bulan Bintang, 1994.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.
Baker, Anton dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, cet. IV, Yogyakarta : Kanisius, 1994.
Kattsoft, Louis O., Pengantar Filsafat, cet. VII, Yogyakarta : Tiara Wicana Yogya, 1996.
Watholy, Aholiab, Tanggung Jawab Pengetahuan, cet. V, Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Hadi, Hardono, Epistemologi; Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: kanisius, 1997.
8
Web :
0 komentar:
Posting Komentar